Scars To Your Beautiful
Scars To Your Beautiful
Penulis : Siti Nur Aqilah
“Cassy, besok mami ada pesenan katering lumayan banyak, mami minta maaf enggak bisa nemenin kamu photoshoot.”
“It’s OK, mi, aku bisa sendiri kok.”
“Photoshoot itu ribet banget lho kak, aku aja deh yang nemenin kakak.”
“Besok bukannya kamu ada rekaman ya? Tanya Kak Cassy.
“Urusan itu gampang bisa ditunda kok.”
“Ya udah deh, thanks ya.” Kak Cassy tersenyum kepadaku.
Fiona Cassandra. Iya kakakku, dia adalah seorang model. Cantik, pintar, dan berbakat. Sudah banyak prestasi yang kakakku raih. Mulai dari akademik sampai nonakademik. Tidak hanya itu, kakakku juga sangat terkenal di sekolahnya, banyak yang terkagum-kagum dengan kakakku. Dan kakakku mempunyai pacar yang sangat tampan dan populer di sekolah. Meskipun sudah punya pacar, masih banyak laki-laki yang berusaha mengejar hati kakakku. Buktinya setiap hari banyak kiriman paket yang datang ke rumah siapa lagi kalau bukan “Pengejar Hati Seorang Cassy”. Melihat kakakku, aku seperti tidak ada apa-apanya dengan dia. Sampai aku menjuluki kakakku sebagai perempuan paling sempurna.
Begitu juga dengan Mamiku, Mamiku adalah seorang model juga. Selain kakakku aku juga menjuluki Mamiku sebagai perempuan paling sempurna. Bagaimana tidak, Mamiku adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat tangguh dan multitalenta. Selain model, Mamiku adalah seorang penyanyi dan penari. Mamiku juga mempunyai agensi model yang cukup terkenal. Tidak hanya itu Mamiku mempunyai usaha kecil katering untuk menambah penghasilan di keluarga kami. Karena Mami dan Papi sudah berpisah sejak aku dan kakakku masih kecil. Mau tidak mau Mami yang harus membiayai semua kebutuhan keluarga.
Dan ini aku, Norabel Winola. Aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Aku dikenal sebagai gadis pendiam dan pemalu. Aku tidak terlalu suka bertemu banyak orang. Menurutku bertemu banyak orang sangat melelahkan. Aku lebih suka menghabiskan waktu sendirian. Aku sangat suka bernyanyi, sudah banyak lagu yang aku tulis dan aku juga bisa memainkan semua alat musik. Aku mempunyai impian aku ingin menjadi musisi yang dikenal banyak orang. Selain bernyanyi aku juga sangat suka melukis. Melukis kini bukan lagi sebagai hobiku, tetapi sudah menjadi kebiasaanku. Aku memang tidak pandai melukis tetapi dengan melukis aku bisa meluapkan rasa kesal, kecewa, dan marah. Karena aku adalah pribadi yang sangat tertutup dan lebih suka memendam masalah sendiri. Aku mempunyai satu kura-kura kecil yang aku beri nama Sarimin. Mungkin bagi sebagian orang menganggap aneh dengan nama itu, but I don’t care. Aku juga sangat suka tanaman, saking banyak tanaman di kamarku, kata mami kamarku seperti hutan.
---
“Dek, keperluan buat photoshoot udah kamu siapin? Jangan sampe ada yang ketinggalan lho!”
“Udah aku siapin semua kak, aku yakin nggak ada yang ketinggalan.” Aku memastikan lagi bahwa tidak ada barang yang ketinggalan.
“Oke deh bagus kalo gitu, ya udah ayo berangkat kasian Tante Helena udah nungguin dari tadi.”
Aku dan Kak Cassy langsung bergegas menuju mobil dan tidak lupa membawa keperluan untuk photoshoot. Seperti biasa kakakku yang menyetir mobil dan aku duduk di dekat kakakku dan mobil yang dikendarai kakakku mulai berjalan. Selama perjalanan kita selalu bercanda, aku dan kakakku memang selalu akrab. Dan kita sangat jarang bertengkar, kalaupun bertengkar tidak lama kemudian kami akrab lagi. Ya begitulah, Kak Cassy sangat sayang kepadaku begitu juga aku.
Di tengah Perjalanan
“Kak, gimana kabar Kak Marvel?”
“Baik, dia akhir-akhir ini lagi sibuk latihan basket, katanya minggu depan bakalan ada turnamen.”
“Oh gitu.” Jawabku singkat.
“Kamu gimana sama Calvin?”
“Aku sama dia cuman sebatas sahabat.” Jawabku ketus.
“Yakin?” Tanya Kak Cassy dengan raut menggoda.
“Mulai deh.”
Tidak lama kemudian muncul sebuah gedung tinggi dan terdapat tulisan besar yang bertuliskan “D’Living Photography”. Aku dan Kak Cassy langsung keluar dari mobil dan segera menuju gedung tersebut. Yang benar saja didalam gedung itu sangat mewah sekali. Aku benar-benar terkagum melihat gedung itu.
“Oh iya dek, photoshoot nanti lumayan lama. Jadi kalo kamu laper atau haus kamu nanti ke lantai 3 aja, di sana ada coffeeshop.”
“Oke kak.”
Aku melihat seorang wanita berbadan kurus dan tinggi, berkulit putih dan berwajah sangat cantik datang menghampiri kami.
“Hai Cassy sayang, gimana kabarnya kita udah lama engga ketemu. Haduh kamu makin hari tambah cantik ya.”
“Aduh tante bisa aja. Tante Helena juga makin hari makin awet muda.”
Wanita itu hanya tersenyum.
“Mami kamu dimana, tumben engga ditemenin mami.”
“Mami lagi banyak pesenan Katering jadi mami engga bisa nemenin hari ini.”
Wanita itu kemudian memandang ke arahku.
“Ini siapa ya? Asisten baru kamu?”
Yang benar saja, wanita itu mengatakan aku asistennya. Aku sedikit kecewa dan marah. Aku memang orang yang sensitif, aku sering tersinggung dengan perkatakan orang lain.
“Oh ini adik saya tante namanya Ola.” Kak Cassy memperkenalkanku kepada wanita itu.
“Saya Ola tante.” Aku memperkenalkan diriku sambil mengulurkan tanganku.
Wanita itu hanya melihatku dari atas hingga bawah dan membuang muka kepadaku.
Kakakku yang melihatnya terkejut dan menatap diriku memastikan bahwa ini akan baik-baik saja.
“Sayang kamu di ruangan 23 ya, disana ada Om Billy nanti dia yang makeup in kamu.”
“Siap tante.” Jawab Kak Cassy.
Kak Cassy sedikit kecewa dengan perilaku Tante Helena. Aku dan Kak Cassy langsung menuju ruangan 23 yang berada di lantai 5. Banyak sekali orang yang berada di ruangan itu.
“Hallo Cassy, kamu hari ini cantik banget deh.”
“Thank you, Kak Billy.”
“Ini siapa ya?
“Ini adik aku, namanya Ola.”
“Oh adiknya. Kok lebih cantik kakaknya daripada adiknya. Adik kamu nggak pernah perawatan ya. Lain kali perawatan dong biar cantik kayak kakak kamu. Kamu juga diet biar badan kamu langsing. Sama itu jerawat aduh, ahh engga banget deh. Aku jijik lihatnya.”
Orang-orang yang berada di situ melihatku. Aku hanya diam tidak menjawab sepatah kata. Badanku kaku dan hatiku sangat sakit. Bisa-bisanya dia mengatakan hal yang tidak pantas di ucapkan di depan banyak orang. Aku ingin menangis rasanya, tetapi Kak Cassy menggenggam tanganku dan tersenyum kepadaku. Lagi-lagi Kak Cassy menguatkanku dan raut muka Kak Cassy sangat kecewa karena melihatku dipermalukan di depan banyak orang.
“Kak Cassy mau make up dulu. Kamu tunggu di sini ya.”
Aku hanya menggangguk.
Sambil menunggu Kak Cassy aku hanya memainkan HP dan melihat sekeliling ruangan. Tidak lama kemudian Kak Cassy sudah selesai make up. Aku sangat terkejut melihat Kak Cassy.
“Ya Ampun, Kak Cassy cantik banget aku sampe pangling liat kakak.”
“Apaan sih. Cantikan kamu lah.”
“Hah ga salah? Aku cantik? Badanku aja sekebon, muka pas-pasan, jerawat komedo di mana-mana. Cantik dari mana coba.”
“Husssss, jangan bilang kayak gitu. Kamu itu cantik, kamu kayaknya harus lebih banyak bersyukur deh.”
“Hadeh mulai deh ceramahnya.” Jawabku jetek, aku bosan mendengar kata-kata itu.
“Udah-udah kakak mau ganti kostum dulu terus langsung mulai photoshoot. Kamu mau nemenin kakak di dalem atau gimana?
“Aku nemenin kakak aja.”
“Ya udah ayo.”
Aku dan kakakku langsung menuju ruangan photoshoot. Banyak teman Kak Cassy yang sudah berada di sana. Kak Cassy langsung menghampiri teman-temannya. Tidak jauh berbeda dengan Kak Cassy, teman-temannya juga sangat cantik. Aku melihatnya seperti melihat barbie di dunia nyata.
“Mereka cantik ya, badannya bagus, tinggi, kulitnya putih. Kapan coba aku bisa punya badan segitu.” Ucapku dalam hati.
Kak Cassy sudah berganti kostum dan langsung melakukan sesi photoshoot.
Jujur menunggu itu sangat membosankan. Aku hanya melihat Kak Cassy berpose-pose cantik dan hanya memainkan handphone. Karena sangat bosan aku memutuskan untuk pergi ke coffeeshop saja.
“Kak, aku ke coffeeshop dulu ya. Kalo kakak udah selesai kabarin aku.”
“Siap. Pasti dong.”
Aku segera menuju lantai 3. Dan aku mulai memesan makanan dan minuman favoritku. Setelah memesan, aku duduk di balkon sambil menunggu pesanan yang tadi aku pesan.
Tidak lama kemudian makanan yang aku pesan sudah datang dan aku segera memakannya. Aku memakannya dengan sangat lahap karena makanan disitu benar-benar lezat, ya meskipun sedikit mahal tapi worth it lah.
Setelah menunggu lumayan lama, tiba-tiba Kak Cassy datang.
“Widih enak banget nih, kok kakak engga dipesenin juga.”
“Jangan nanti gendut kayak aku.” Jawabku dengan sangat jutek
“Biarin penting bahagia.”
Teringat kejadian tadi Kak Cassy sangat mengkhawartikanku
“Ola, kamu masih sakit hati sama perkataan Tante Helena sama Om Billy?
Aku hanya diam sambil menyeruput matcha. Dan aku mengabaikan Kak Cassy.
“Ola, kamu itu cantik, pinter, berprestasi. Kamu itu...”
Aku langsung memotong pembicaraan
“Udah ayo pulang. Di sini gerah kupingku panas denger orang ceramah mulu.”
Kak Cassy langsung tersenyum melihatku dan dia memelukku. Kak Cassy memang kakak yang sangat baik. Dia memiliki kepribadian yang baik dan hangat. Tidak heran jika banyak yang menyukai dia.
---
Sampai dirumah aku langsung menuju kamarku dan mengambil alat lukisku. Aku melukis apa yang terjadi hari ini. Mami langsung masuk kekamarku dan melihatku sedang melukis.
“Kamu lukis apasih ga jelas kayak gitu, kamu mending olahraga deh biar kurus. Terus ini, astaga jerawat sama komedo kamu makin banyak. Kamu pernah skincarean ga sih.”
“Aku udah berusaha buat ngilangin komedo sama jerawat ini mi, aku udah nyoba segala cara biar bisa hilang tapi sama sekali nggak ada hasil.”
“Yakin kamu berusaha? Mami liat kamu di kamar kalo nggak ngelukis ya ngurusin taneman kamu.”
“Mami, cukup. Aku mau istirahat aku capek.”
“Kata Kak Cassy kamu tadi cuman duduk, makan, sama main HP. Kayak gitu capek? Kamu itu udah gede. Kamu bentar lagi 17 tahun. Kamu harus bisa bersikap dewasa dan harus lebih memperhatikan penampilan kamu. Belajar fashion, make up biar lebih feminin. Kamu di sekolah juga ga pernah ngerjain tugas kan, nilai kamu juga menurun. Kalo ga cantik minimal pinter lah. Kamu udah nggak cantik nggak pinter lagi. Kakak kamu tuh, udah cantik pinter. Kamu harus belajar banyak dari dia.”
“MAMI CUKUP! SEBENERNYA MAMI SAYANG NGGAK SIH SAMA AKU. MAMI CUMAN BISA BIKIN AKU TAMBAH SETRES. KALO PAPI SEKARANG DENGER KATA-KATA MAMI, PAPI BAKALAN KECEWA SAMA MAMI KARENA MAMI CUMAN MENTINGIN DIRI MAMI KETIMBANG ANAK MAMI SENDIRI. DAN MAMI JUGA GAGAL MENDIDIK ANAK MAMI DENGAN BAIK.”
Mami yang langsung mendengar perkataanku langsung menamparku. Aku sangat terkejut baru kali ini mami menamparku.
“TARIK KATA-KATA KAMU BARUSAN. MAMI NGELAKUIN SEMUA INI DEMI KAMU DAN KEBAIKAN KAMU. MAMI KERJA DARI PAGI SAMPE MALAM BUAT KAMU. MAMI SAYANG SAMA KAMU.”
“BOONG! MAMI CUMAN SAYANG SAMA KAK CASSY! AKU BENCI SAMA MAMI!”
Aku langsung membanting pintu dan menuju kamar Kak Cassy. Dan aku langsung mendobrak pintu kamar Kak Cassy. Emosiku lama-kelamaan makin meledak.
“GIMANA? PUAS? JADI ANAK KESAYANGAN MAMI. DIBANGGA-BANGGAIN, DIPUJI-PUJI SAMA SEMUA ORANG . LO YANG HARUSNYA BERSYUKUR PUNYA MAMI YANG SAYANG SAMA LO, BANYAK DIPEDULIIN SAMA ORANG-ORANG, APA ITU NGGAK CUKUP BUAT LO?”
“Ola, kamu kenapa, tenangin diri kamu dulu…”
“DIEM. LO TADI NGADU APA KE MAMI? JAWAB!”
“Ola, ini cuman salah paham, sebenernya…”
“GUA CAPEK KAK, GUA 16 TAHUN HIDUP CUMAN BUAT NUMPANG MUKA. GUA PENGEN NGERASAIN KEBAHAGIAN KAYAK LO TAPI ITU MUSTAHIL. MENDING GUA MATI AJA KAK, ITU LEBIH BAIK DARIPADA GUA HIDUP GA ADA GUNANYA!”
“OLAAAAAA, KAKAK SAYANG BANGET SAMA KAMU. MAMI JUGA SAYANG SAMA KAMU. OLAAAAAA!” Kak Cassy mencoba menggenggam tanganku tetapi aku mengelak.
Emosiku makin meledak, aku tidak bisa mengontrol emosiku. Penyakitku kumat, aku adalah penyintas gangguan mental. Aku sudah di diagnosa oleh psikiater setahun yang lalu. Aku terkena eating disorder dan anxiety disorder. Setiap hari aku selalu minum obat dari psikiater. Tidak seorang pun tahu aku terkena gangguan mental, yang tau hanya diriku sendiri.
Di saat itu, yang hanya dipikiranku hanya ingin mati. Aku langsung menuju kearah dapur. Aku mengambil pisau dan aku membeset pada tanganku. Tubuhku seketika penuh dengan besekan itu. Aku benar-benar merasa berada di titik terendah saat itu. Karena aku tidak punya siapa-siapa. Aku merasa bahwa tidak ada yang peduli denganku.
---
Aku tertidur di dapur karena kejadian semalam. Yang benar saja, tidak seorang pun yang mengerti keadaanku dan mereka membiarkanku tertidur di dapur. Pikiranku sangat kosong dan aku malas melakukan kegiatan apapun.
Aku langsung menuju kamar dan mengunci pintu. Lagi-lagi emosiku makin bertambah aku langsung membanting apapun yang ada di kamarku. Sepanjang hari aku hanya menangis dan membenturkan kepalaku ke dinding. Itu yang aku lakukan selama 2 minggu terakhir. Aku merasa kesepian.
---
Sudah minggu ketiga, kini aku jauh lebih membaik. Jadwalnya aku sekolah, karena minggu kemarin sekolah diliburkan. Aku memulai hariku dengan semangat, aku tidak mau terlihat sedih di depan orang-orang. Tidak lupa aku minum obat yang sudah diracik oleh psikiater dan aku mulai berangkat sekolah.
Biasanya aku dan Kak Cassy selalu berangkat bersama. Tetapi tidak dengan hari ini, aku masih sangat kesal dan kecewa dengan dia. Karena tidak ada pilihan lain. Aku memutuskan berangkat sekolah naik bus saja.
Kak Cassy tiba-tiba datang menghampiriku.
“Ola, berangkat bareng kakak yuk.”
Aku acuh dan membuang muka kepada Kak Cassy. Sudah 2 minggu kita tidak ada komunikasi, ini baru pertama kali kita bertengkar lama cukup lama. Entah apa yang ada di pikiranku.
Aku langsung keluar dari rumah dan menuju halte bus. Bus yang akan aku tumpangi datang aku segera masuk ke dalam bus. Di dalam bus ternyata sudah penuh terpaksa aku berdiri. Didekatku ada gadis cantik mungkin seumuran denganku. Dia sangat cantik, tinggi dan kurus. Lagi-lagi aku sangat iri kepada dia. Tidak sengaja aku mendengar pembicaraan segerombolan laki-laki.
“Eh liat cewe itu, buset cakep bener.”
“Widih iya, cakep bro.”
“Tipe gua banget tuh.”
“Di sampingnya ada cewe juga.”
“Skip jelek.”
“Ogah, gendut.”
“Ga banget sih.”
Aku yang mendengar hal itu aku merasa bahwa aku memang benar-benar jelek. Aku tidak seperti perempuan pada umumnya. Dan aku mulai kehilangan rasa percaya diri. Rasanya malu jika bertemu orang banyak.
---
Sampai di sekolah aku langsung duduk di taman. Seperti biasa aku terlalu memikirkan masalah tadi,
“Hey, diem aja dari tadi.” Seseorang yang berada di belakangku tiba-tiba mengejutkanku.
“Buset, kaget gua.”
“Lu 2 minggu kemarin kenapa engga rekaman?”
“Nemenin Kak Cassy photoshoot.”
“Ohhh, tumben lo nemenin kakak lo photoshoot, mami lo kemana?”
“Mami gua lagi banyak pesenan, ya jadi gua deh yang nemenin Kak Cassy.”
“Ohhh, siomay Bang Jali ga?” Calvin menawarkan kepadaku.
“Gassss”
HAHAHA. Iya Calvin. Kita sudah bersahabat sejak kecil, pastinya kita sudah akrab sekali. Dia satu-satunya sahabat yang aku punya. Btw, siomay Bang Jali adalah siomay langganan kita.
“Bang, siomay 2 porsi yang satu banyakin wortelnya.”
“Tau aja lu kesukaan gua.”
“Lah kita temenan dari jaman kita masih orok, semua tentang lu gua tau.”
“Iya deh.”
Siomay sudah datang, tidak berpikir lama kami langsung memakannya.
“Btw, gimana kabar Mami sama Kak Cassy?”
“Ya gitulah.” Jawabku dengan nada jutek.
“Lo kayaknya ada masalah ya? Gua lihat akhir-akhir ini lo diem aja. Gua WA juga ga pernah dibales.”
“Gua gapapa kok cuman capek aja.”
“Yakin? Lo kalo ada masalah cerita aja sama gua.”
Aku hanya mengangguk. Jujur aku masih kesal dengan Mami dan Kak Cassy,
Setelah makan siomay,
“Yok gua anterin lu pulang.”
“Kagak gua pulang sendiri aja, gua malu diliatin orang-orang."
“Ngapain malu buset, dah lu pokoknya gua anter pulang titik!”
“Gua kalo jalan sama lu kek angka sepuluh ngerti kagak!”
“Norabel Winola, ayo pulang sama gua, cuek aja deh ga usah dengerin kata orang.”
“Gue heran deh ama lu, lu itu cakep, terkenal di sekolah, tapi temenan sama gua yang bentukannye kek parutan serunding”
“Winola, you are the most beautiful girl I have ever met,” Calvin langsung menggenggam tanganku.
“Yuk pulang sama gua.” Calvin merayuku dengan kata lembut.
Mau tidak mau aku pulang dengan Calvin.
Jujur aku terasa nyaman jika dengan Calvin. Dia mempunyai kepribadian sangat lembut dan dia sangat menghargai perempuan. Selama perjalanan pulang aku hanya termenung dan lagi-lagi memikirkan hal aneh.
“Udah sampe,” Calvin memberi tau bahwa ternyata sudah sampai di rumahku.
Aku segera turun dari motor, “Thanks lu udah nganterin gua pulang.”
“Winola, inget lu itu cantik, tetep jadi diri lo apa adanya ya gua suka sama Winola sekarang. Winola yang selama ini gua kenal.”
Aku hanya terdiam dan pikiranku masih tidak peduli apa yang dikatakan Calvin. Aku langsung masuk ke dalam rumah.
---
Hari ini jadwalnya aku rekaman. Seperti biasa aku berangkat naik bus, dan aku segera menuju halte bus.
Sampai di rekaman aku melihat Calvin berlari dengan buru-buru.
“CALVIN!” Panggilku.
Aku segera menghampiri dia. “Lu ngapa dah lari buru-buru kek gitu.”
“Ini gua…”
“Kenape buset.”
“KEBELET BOKER.”
“Et dah ni bocah, buruan sana.”
“Ayo bareng gua sekalian lu siap-siap buat rekaman.”
“Ya udah ayo.”
Tiba-tiba aku merasakan hal aneh,
“Vin gua makin hari makin gendutan ga sih?”
“Enggak.”
“Masak sih, gua ngerasa aneh aja sama badan gua, sama ini jerawat komedo gua makin banyak lagi.”
“Kebiasan cewe mah, ENGGAK GA ADA YANG ANEH SAMA LO!”
Tiba-tiba Calvin terkejut melihat kearahku
“Ola bentar tangan lo…”
“Hah kenapa…”
“Itu gua liat tangan lo… Calvin yang melihat tanganku langsung cemas.
“Jujur sama gua sebenernya lo kenapa?”
“Oh ini biasa si Sarimin. Dia emang akhir-akhir ini nakal jadi emang suka nyakar.”
“Hah ga salah denger gua? Emang kura-kura bisa nyakar? Jan ngadi-ngadi lo.”
“hmmm…hmmm…” aku yang kebingungan karena tidak alasan untuk mengelak,
“Eh bukannya lo mau boker?
“Oh iya gua lupa, lo masuk dulu gih sana!” Calvin menyuruhku untuk masuk ke studio.
Aku segera masuk dan tiba-tiba, aku melihat gadis yang sangat cantik duduk sedang bermain gitar. Dan aku langsung menghampirinya.
“Hai! Aku boleh duduk disini?”
“Iya boleh duduk aja.” Kata perempuan itu.
“Oh iya kalo boleh tau, kamu baru hari ini rekaman ya?”
“Engga aku cuman latihan gitar bentar. Angela Eadbald, call me Angel.”
“Norabel Winola panggil aja Ola.”
“Aku engga sengaja denger kamu ngobrol tadi, what happened to you?”
Aku langsung termenung, ternyata dia mendengar pembicaraanku dengan Calvin.
“Aku dulu adalah korban bullying, karena kondisi kulitku, aku terkena vertiligo. Sejak kecil, aku sudah diperlakukan tidak pantas oleh orang-orang. Aku selalu dibeda-bedakan dan akhirnya aku mengalami depresi. Disitu aku mulai pergi dari kehidupan toksik. Beruntung aku mempunyai ibu yang sangat baik dan selalu mendukung aku. Dan akhirnya aku menemukan kehidupan baru, dan perlahan aku mulai menerima diri aku sendiri. Sangat lama menerima kondisiku saat ini, tidak ada yang instan didunia ini, semua butuh proses. Aku juga bersyukur karena hidup di lingkungan yang bisa menerima aku apa adanya.”
Aku sangat terkejut dengan kisah Angel, “Kamu hebat dan kamu beruntung punya ibu yang sangat baik.”
“Iya aku beruntung, tapi kamu lebih beruntung karena kamu punya diri kamu sendiri. Kamu orang yang sangat kuat, tidak semua orang bisa seperti kamu.”
Di situ aku perlahan mulai sadar dengan perkataan Angel.
Angel langsung mengambil sesuatu di tasnya.
“Aku punya salep buat kamu.” Angel memberikan salep kepadaku.
“Masih banyak hal yang belum kamu capai, masa depan kamu masih panjang. Dan inget tetep jadi diri kamu sendiri. Karena kita unik dan kita cantik dengan versi kita sendiri.”
“And I hope your hands get better soon.”
Angel langsung pergi dari studio
Entah kenapa pikiranku sangat kosong. Bahkan aku hanya diam saja tidak mengucapkan satu dua patah kata. Aku menyadari bahwa selama ini aku salah.
Calvin tiba-tiba sudah berada didepanku “Sorry nunggu lama.”
“It’s OK.”
“Mulai yuk.”
“Gua nyanyi apa nih?” Aku yang masih bingung akan bernyanyi apa.
“Nih bagus banget ini lagu, cocok sama karakter suara lo juga.” Calvin memberikan beberapa lembar kertas yang berisi lirik lagu.
“SIAP?” Calvin memberi aba-aba kepadaku.
Sebelum bernyanyi aku mengatur pernapasan terlebih dahulu dan langsung bersiap-siap untuk bernyanyi.
“SIAP!”
She just wants to be, beautiful
She goes, unnoticed she knows, no limits
She craves, attention she praises, an image
She prays to be, sculpted by the sculptor
Oh, she don't see, the light that's shining
Deeper than the eyes can find it
Maybe we have made her blind
So she tries to cover up her pain
And cut her woes away
'Cause covergirls don't cry
After their face is made
But there's a hope that's waiting for you in the dark
You should know you're beautiful just the way you are
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
Oh-oh-oh-oh
Oh-oh-oh-oh
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
She has dreams to be an envy, so she's starving
You know, covergirls eat nothing
She says, beauty is pain and there's beauty in everything
What's a little bit of hunger?
I could go a little while longer, she fades away
She don't see her perfect
She don't understand she's worth it
Or that beauty goes deeper than the surface
Oh-oh, oh-oh
So to all the girls that's hurting
Let me be your mirror
Help you see a little bit clearer
The light that shines within
There's a hope that's waiting for you in the dark
You should know you're beautiful just the way you are
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
Oh-oh-oh-oh, oh-oh
Oh-oh-oh-oh-oh
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
No better you than the you that you are
(No better you than the you that you are)
No better life than the life we're living
(No better life than the life we're living)
No better time for your shine, you're a star
(No better time for your shine, you're a star)
Oh, you're beautiful, oh, you're beautiful
There's a hope that's waiting for you in the dark
You should know you're beautiful just the way you are
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
Oh-oh-oh-oh
Oh-oh-oh-oh-oh
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
We're stars and we're beautiful
“SUARA LO GAK PERNAH GAGAL! LO KEREN BANGET LA!”
“THANKS!”
No better time for your shine, you’re star
Oh, you’re beautiful
No better life than the life we're living
No better time for your shine, you're a star
Oh, you're beautiful, oh, you're beautiful
There's a hope that's waiting for you in the dark
You should know you're beautiful just the way you are
And you don't have to change a thing
The world could change its heart
No scars to your beautiful
Calvin tiba-tiba menyanyikan ulang lagu itu.“La, gua kasih tau sama lo, lo itu cantik, lo itu berbakat, lo itu hebat. Fisik bukan segalanya bagi gua, yang paling penting hati lo. Lo punya hati yang baik dan ga semua orang bisa kayak lo. Jangan insecure lagi ya. NORABEL WINOLA LO ITU CANTIK!”
“Makasih, Calvin.”
“Oh iya, nanti temenin gua beli makanan buat Sarimin sama gua mau beli taneman.”
“SIAP TUAN PUTRI!”
---
“Semuanya jadi berapa pak?”
“Dua ratus lima puluh ribu neng.”
“Ini pak,” Calvin memberikan uang
“Loh ga usah gua bayar sendiri aja.”
“Udah gua aja sekali-kali gua bayarin.” Calvin tetap memaksa.
“Ya udah deh makasih ya.”
Setelah selesai membayar,
“Mampir beli makan yuk.”
“Siomay Bang Jali?” Tanyaku.
“Lain kali lebih highclass lah, di restoran kek.”
“Kagak gua bokek.”
“Gua bayarin!”
“Kagak kagak, lu habis bayarin gua taneman sama makanannya Sarimin masak lu mau bayarin gua lagi.”
“Udah nurut aja.”
Terpaksa aku mengikuti ajakan Calvin.
Dan kita langsung pergi ke restoran.
“Mau pesen apa?” Calvin menawariku.
“Sama kek lu.”
“Oke.”
“Mbak, beef gordon bleu 2 sama chicken 2.”
“Siap kak, nanti makanannya diantar ya.”
Aku dan Calvin langsung mencari tempat duduk. Setelah menunggu lumayan lama akhirnya makanan yang kita pesan datang.
“Wih enak nih kayaknya.” Calvin langsung memakan tanpa berpikir panjang
Aku dari tadi hanya diam dan hanya melihat makanan.
“Makan! Jangan dilihatin terus, nanti gua makan juga punya lo.”
“Makan aja, gua lagi diet.” Jujur sebenarnya aku sangat lapar.
“Sejak kapan lo diet hahaha… Dietnya lain kali, hari ini seneng-seneng dulu. Udah gua traktirin lho, masak lo ga mau makan.”
“Ya udah deh gua makan.”
“Nah gitu dong.” Calvin tersenyum kepadaku.
“Oh iya La, lu kenapa dah akhir-akhir ini ga kayak biasanya.” Calvin bertanya tentang hal itu lagi, kali ini wajah Calvin benar-benar serius.
“Gua lagi ada masalah sama Mami sama Kak Cassy…..” Aku menceritakan semua masalahku.
“Kenapa lo ga ngabarin gua waktu itu! Kalo lo ada masalah langsung kabarin gua!” Calvin kali ini sedikit tinggi nada bicaranya.
“Gimana mau ngabarin lo, pikiran gua lagi ga ke kontrol.” Jelasku.
“Lo sejak kapan didiagnosa eating disorder?” Calvin tanya kepadaku.
“Setahun yang lalu. Gua dipaksa diet sama mami, diet gua bener-bener ekstrim. Gua udah berusaha tapi tetep ga berhasil.”
Calvin sejak dari tadi melihatku dengan sangat kasian, wajahnya merah menahan tangis.
---
“Thanks ya buat hari ini, udah beliin makanan buat Sarimin, tanaman gua, sama traktir gua, mana mahal amat tu makanan.”
“Iya sama-sama.” Calvin tersenyum.
“Oh iya, ini buat lo.” Calvin memberikanku kado, kado itu sangat cantik terdapat hiasan pita ditengahnya
“Buat gua?” Aku masih belum percaya bahwa kado itu untukku.
“Iya buat lo. Diterima ya.”
“Pasti! Thank you, Vin!”
“It’s my pleasure.”
Aku segera menuju kamar dan langsung membuka kado dari Calvin.
“Hah?” Aku terkejut bahkan bingung kado pemberian dari Calvin.
Dia memberikanku hanya sebuah surat. Aku segera membaca surat itu.
DEAR SAHABAT GUA YANG PALING CANTIK! PLEASE READ TO THE END :)
LO TAU GA? LO ITU PERI YANG SELALU NEMENIN GUA KETIKA GUA LAGI SENDIRI. LO ADALAH PERI YANG SELALU CERIA DAN MENGEPAKKAN SAYAP LO KETIKA LO BAHAGIA.
LO HARUS INGET, LO ITU KUAT! JANGAN LUPA BERTERIMAKASIH SAMA DIRI LO SENDIRI YA. GUA YAKIN LO PASTI BISA HADEPIN MASALAH LO, KALO LO BUTUH TEMEN BUAT CERITA, GUA BISA JADI TEMEN CERITA LO.
LO MASIH PUNYA BANYAK MIMPI. KATANYA LO MAU JADI MUSISI TERKENAL. MASAK LO MAU NYERAH CUMAN GARA-GARA FISIK. PENGEN CANTIK? HEY, LO ITU CANTIK DENGAN CARA LO SENDIRI.
GUA TAU INI GA GAMPANG BUAT LO, TAPI GUA YAKIN PASTI LO PERLAHAN-LAHAN BISA NERIMA DIRI LO SENDIRI. TETEP JADI WINOLA YANG GUA KENAL YA. GUA SUKA SAMA WINOLA SEKARANG.
JANGAN INSECURE LAGI YA, KARENA LO ITU BERHARGA :)
YOUR BESTFRIEND
ELISIO CALVIN
Air mataku langsung jatuh, aku sangat terharu dengan kata-kata yang ditulis Calvin.
Aku termenung dan menyadari bahwa selama ini aku salah. Iya salah menilai diriku sendiri dan salah menilai standar kecantikan perempuan. Dan inilah diriku sebenarnya.
---
Hari ini tepatnya Hari Perempuan Sedunia. Aku sekarang menjadi bagian dari “Project Bersama Perempuan” yang menyelenggarakan sebuah project tentang perempuan. Di kesempatan kali ini aku diberi kesempatan untuk menjadi pembicara. Sangat tidak mungkin seorang Norabel Winola menjadi pembicara, tetapi inilah diriku.
“HAPPY INTERNATIONAL WOMEN’S DAY TO THE GREATEST WOMEN IN THE WORLD.
Hi! My name is Norabel Winola and this is my story. Self-love Journey Story
Setahun yang lalu mental aku bener-bener hancur. Banyak banget masalah yang dateng ke diri aku terutama fisik. Aku ngerasa diri aku jelek dan ga berguna. Aku selalu bandingin diri aku sama orang lain. Bahkan keluar rumah aja aku ga mau karena aku ga pede sama bentuk tubuhku. Ya aku emang gendut, badanku gede,pahaku gede, dan lengen aku juga gede. Dengan fisikku seperti ini aku sering mengalami body shaming. Banyak sekali caci maki dan hinaan yang keluar dari mulut orang-orang. Bahkan dari orang terdekatku sendiri. Setiap aku liat orang-orang yang punya tubuh bagus aku selalu mikir "badan dia bagus banget ya, sementara aku?" Pertanyaan itu selalu muncul dipikiran aku.
Dan aku makin benci sama diri aku sendiri. Alhasil aku mengalami depresi. Dan akhirnya aku mencoba untuk menyakiti diri aku sendiri.
Mungkin ada dari kalian bilang "padahal cuman dikatain gitu doang tapi kok sampe ngelakuin self harm". Seperti yang aku ceritain di awal, "banyak masalah yang dateng ke diri aku.". Mental aku bener-bener hancur, nilai aku turun dan aku kehilangan orang yang aku sayang.
Sampai akhirnya aku mikir selama ini yang aku lakuin itu salah. Aku berkali-kali mencoba menyakiti diri aku sendiri. Padahal selama ini diri aku sendiri udah coba bertahan sampai sejauh ini.
Perlahan-lahan aku mencoba menerima kenyataan dan menerima diri aku sendiri. Memang awal-awal ngerasa susah tapi lama kelamaan pasti bisa. Aku mencoba merawat diri aku sendiri, aku self care, meditasi, dan juga olahraga. Dan akhirnya aku berada di posisi aku saat ini. Aku bangga dengan diri aku sekarang,iya aku bangga karena aku udah melewati semua kejadian yang pernah aku alami, berada di titik terendah, menghadapi cacian dari orang-orang, dan ini dia diriku. Aku cantik dengan cara aku sendiri enggak peduli orang-orang mau komentar apapun karena aku punya versi kecantikanku sendiri tanpa memenuhi standar kecantikan yg ada.
Sebenernya apa tujuan standar kecantikan itu? Menurut aku semua perempuan itu cantik dengan versi mereka sendiri. Mereka punya keunikan tersendiri. Dan mereka mempunyai ciri khas tersendiri.
Untuk kalian yang masih ngerasa ga pede dengan diri kalian. Di sini kita sama-sama berjuang. Kalian engga sendiri kok, masih banyak orang yang sayang sama kalian terutama diri kalian sendiri. Kalian semua itu cantik, kalian berharga dan kalian hebat.
Be yourself guys and love yourself
Semua yang berada di ruangan itu tepuk tangan. Tidak disangka-sangka aku melihat Mami dan Kak Cassy.
Mami langsung menghampiriku “Mami bangga sama kamu!”
“Mami yang selama ini salah menilai kamu, maafin mami ya sayang!”
Mami langsung memelukku dan mengelus pundakku.
“Ola juga minta maaf mi, maaf Ola belum jadi anak yang baik.” Aku yang tidak bisa menahan tangis, langsung menangis.
“Ola mami sayang sama kamu, kamu udah cukup bagi mami.”
Kak Cassy datang dan langsung memelukku,
“Ola, maafin kakak belum bisa jagain kamu, kakak gagal jadi kakak yang baik.”
“BIG NO! Bagi aku Kak Cassy, kakak paling sempurna. Kakak udah berhasil jadi kakak yang baik.”
Kak Cassy langsung menangis dan memelukku lagi
Ada seseorang yang mendekat kearahku,
“Tuh, Calvin!” Seru Kak Cassy
Aku langsung menoleh ke belakang,
“Cie yang habis pidato.” Calvin tiba-tiba berada di dekatku.
“Apaan sih, Vin.” Aku tersipu malu,
“Gimana sekarang?”
“Thank you for everything. Lo udah bantu gua sampe sekarang dan lo udah ngerubah gua.”
“Bukan gua yang ngerubah lo, tapi diri lo sendiri. Lo keren banget tadi”
“Hahahaha, thank you.”
Sekarang aku sadar bahwa jika kita bisa menerima diri kita apa adanya pasti lingkungan disekitar kita juga menerima kita apa adanya. Semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Karena kita sendiri yang tau bagaimana proses yang kita hadapi selama ini. Kita semua cantik dan kita semua berharga :)
Komentar
Posting Komentar